Pengalaman Pribadi & Karier – Networking: Bagaimana Saya Menemukan Peluang Lewat Alumni
“Kadang, satu obrolan ringan dengan teman lama bisa mengubah seluruh arah kariermu.” — Anonim Di awal perjalanan karier saya, saya sempat berpikir bahwa kerja keras dan prestasi akademik sudah cukup untuk membuka pintu-pintu masa depan. Saya tipe mahasiswa yang rajin kuliah, aktif di organisasi, dan berusaha memenuhi setiap standar yang diminta oleh dunia kerja. Tapi setelah lulus, saya dihadapkan pada kenyataan: ijazah dan IPK tinggi tidak serta-merta membuat rekruter menghubungi kita. Di tengah persaingan yang ketat, ternyata siapa yang kita kenal bisa sama pentingnya dengan apa yang kita tahu.
ARTIKEL
7/6/20254 min read
Pengalaman Pribadi & Karier – Networking: Bagaimana Saya Menemukan Peluang Lewat Alumni
Biro Aksi Unasman
“Kadang, satu obrolan ringan dengan teman lama bisa mengubah seluruh arah kariermu.”
— Anonim
Di awal perjalanan karier saya, saya sempat berpikir bahwa kerja keras dan prestasi akademik sudah cukup untuk membuka pintu-pintu masa depan. Saya tipe mahasiswa yang rajin kuliah, aktif di organisasi, dan berusaha memenuhi setiap standar yang diminta oleh dunia kerja. Tapi setelah lulus, saya dihadapkan pada kenyataan: ijazah dan IPK tinggi tidak serta-merta membuat rekruter menghubungi kita. Di tengah persaingan yang ketat, ternyata siapa yang kita kenal bisa sama pentingnya dengan apa yang kita tahu.
Di sinilah saya mulai memahami nilai penting dari networking, terutama jaringan alumni. Dan dari pengalaman saya, jaringan alumni bukan hanya tempat reuni dan nostalgia, tapi juga ladang peluang yang sering kita abaikan.
Saat Lulus, Saya Merasa Sendiri
Setelah wisuda, saya seperti kebanyakan lulusan baru lainnya—bersemangat, optimis, namun juga sedikit bingung. Saya punya CV yang cukup bagus, aktif organisasi, pernah jadi asisten dosen, bahkan sempat magang di instansi pemerintah. Tapi setelah satu bulan, dua bulan, tiga bulan—lamaran saya tak kunjung membuahkan hasil.
Saya mulai bertanya-tanya: Apa yang salah?
Saya melihat teman-teman lain sudah mulai bekerja. Lalu saya sadar, sebagian besar dari mereka mendapat pekerjaan bukan dari lowongan terbuka, melainkan dari informasi internal—dari orang dalam, atau dalam bahasa yang lebih elegan: relasi.
Waktu itu saya masih merasa enggan. Saya pikir, “Ah, saya ingin berhasil karena kemampuan sendiri, bukan karena koneksi.” Tapi ternyata saya keliru. Networking bukan soal nepotisme. Networking adalah akses. Dan jaringan alumni adalah pintu masuk terbaik yang paling dekat dan bisa dipercaya.
Percakapan Kecil, Peluang Besar
Perubahan besar bermula dari percakapan santai di grup WhatsApp alumni kampus. Seorang kakak tingkat saya membagikan informasi bahwa lembaga tempatnya bekerja sedang membuka posisi content writer dan media officer. Saya tertarik, karena bidang itu sesuai dengan minat saya di dunia tulis-menulis.
Dengan sedikit ragu, saya kirim pesan pribadi ke kakak tingkat itu—sebut saja Kak Rina. Saya sampaikan bahwa saya alumni dari jurusan yang sama, dan saya tertarik melamar posisi tersebut. Tak disangka, Kak Rina menyambut ramah. Ia bahkan menawarkan untuk merekomendasikan saya langsung ke HRD.
Beberapa hari kemudian, saya dihubungi untuk wawancara. Dan ya—itulah awal mula karier profesional saya dimulai.
Kenapa Alumni Adalah Jaringan yang Kuat?
Setelah mengalami sendiri kekuatan jaringan alumni, saya merenung: kenapa jaringan ini bisa begitu berpengaruh? Saya menemukan beberapa alasannya:
1. Rasa Percaya yang Terbangun dari Latar Belakang yang Sama
Alumni dari institusi yang sama, terutama dari jurusan atau organisasi yang sama, biasanya memiliki sense of belonging. Meski belum pernah bertemu langsung, ada rasa koneksi otomatis yang tercipta.
2. Kecenderungan untuk Saling Bantu
Saya perhatikan, banyak alumni yang dengan senang hati ingin membantu adik kelasnya. Mungkin karena mereka juga pernah mengalami masa-masa sulit saat awal berkarier.
3. Jalur Rekomendasi yang Lebih Kuat dari Sekadar CV
Saat kita direkomendasikan oleh seseorang yang sudah dipercaya di tempat kerja, kemungkinan kita dipanggil interview meningkat berkali-lipat. CV hanya satu halaman kertas, tapi rekomendasi alumni bisa jadi nilai tambah yang tidak tertulis.
Membangun Networking dengan Alumni: Bukan Soal “Siapa Paling Populer”
Ada anggapan bahwa networking hanya untuk mereka yang ekstrovert atau "jago gaul". Tapi dari pengalaman saya, networking tidak selalu tentang menghadiri acara formal atau pamer pencapaian di media sosial. Networking bisa dimulai dari hal sederhana:
· Ikut grup alumni di media sosial.
Banyak informasi lowongan, program pelatihan, atau proyek freelance yang hanya beredar di grup alumni.
· Aktif menyapa dan berdiskusi.
Jangan malu bertanya di grup: “Kak, ada lowongan di bidang A nggak, ya?” Atau cukup berbagi artikel dan memancing diskusi.
· Datang ke reuni atau seminar kampus.
Saya pernah menghadiri seminar yang diselenggarakan oleh kampus, dan di sana bertemu dosen dan alumni yang ternyata membuka peluang kolaborasi riset.
· Tawarkan bantuan, bukan hanya minta bantuan.
Networking bukan hanya soal “minta tolong.” Kadang kita juga bisa menawarkan diri untuk membantu proyek kecil alumni senior. Dari situ, hubungan profesional bisa berkembang.
Dari Pekerja Kontrak ke Dosen Luar Biasa
Setelah setahun bekerja di lembaga tempat Kak Rina merekomendasikan saya, saya mulai membangun relasi dengan alumni yang bekerja di dunia pendidikan. Beberapa di antaranya mengajar di kampus, menjadi peneliti, dan bahkan ada yang membuka kelas pelatihan menulis.
Dari obrolan santai via Zoom, salah satu alumni—Kak Fahmi—bertanya apakah saya tertarik menjadi dosen luar biasa di kampus tempat ia mengajar. Saya sempat ragu karena merasa belum punya pengalaman cukup. Tapi ia meyakinkan saya bahwa saya punya kemampuan yang bisa dibagi. Ia bersedia membimbing saya dari awal.
Singkat cerita, saya pun mulai mengajar. Dari satu kelas, menjadi dua, lalu berkembang menjadi proyek penulisan buku ajar bersama dosen lain. Semua ini tidak akan terjadi jika saya tidak aktif terhubung dan merawat jaringan alumni.
Apa yang Saya Pelajari dari Pengalaman Ini?
1. Networking adalah Investasi, Bukan Instan
Relasi tidak dibangun sehari. Kita perlu menjaga hubungan, meski hanya dengan menyapa sesekali, mengucapkan selamat atas pencapaian orang lain, atau berbagi insight kecil.
2. Alumni Bukan Hanya Kakak Tingkat, Tapi Mitra Profesional
Setelah lulus, status “senior-junior” bisa berubah menjadi “kolaborator.” Alumni bisa menjadi partner kerja, mentor, bahkan klien.
3. Tidak Ada yang Salah dengan Bertanya atau Meminta Rekomendasi
Selama dilakukan dengan sopan dan jujur, bertanya kepada alumni bukan tindakan lemah. Justru menunjukkan inisiatif dan keinginan berkembang.
4. Berani Memulai adalah Kunci
Sering kali kita gagal bukan karena kurang mampu, tapi karena tidak berani memulai obrolan pertama. Saya sendiri hampir tidak mengirim pesan ke Kak Rina dulu. Dan itu bisa membuat saya kehilangan kesempatan besar.
Penutup: Jangan Remehkan Obrolan Sederhana
Kini, saya menyadari bahwa banyak titik balik dalam karier saya tidak datang dari lowongan di situs pencari kerja, tapi dari interaksi sederhana dengan alumni. Obrolan ringan di grup WhatsApp, diskusi setelah webinar, atau pertemuan tak sengaja saat pulang kampung—semuanya bisa menjadi awal dari peluang besar.
Untuk mahasiswa yang masih aktif dan lulusan baru: mulailah bangun relasi sejak sekarang. Jadilah bagian dari komunitas alumni. Jangan takut dianggap sok kenal. Karena bisa jadi, alumni yang hari ini kamu sapa, adalah orang yang akan membukakan pintu masa depanmu.
Dan untuk para alumni senior: teruslah jadi jembatan bagi adik-adik kita. Kadang satu rekomendasi kecil dari Anda bisa menjadi cahaya bagi mereka yang sedang mencari arah.
Tentang Penulis:
Alumni Pendidikan bahasa Inggris, kini berkarier sebagai dosen, penulis, dan pelatih penulisan akademik. Aktif dalam komunitas alumni dan percaya bahwa relasi yang dirawat dengan tulus akan membuka banyak pintu rezeki dan makna.
Ingin kisah Anda dibagikan di rubrik Biro Aksi Unasman? Kirimkan cerita perjalanan karier Anda dan bagaimana alumni Unasman menginspirasi langkah Anda. Mari kita sebarkan kisah inspiratif dari kampus tercinta.