Pengalaman Pribadi & Karier: Bekerja di Luar Negeri – Tantangan dan Keuntungannya

“Pergi jauh bukan berarti melupakan, tetapi untuk kembali dengan pandangan yang lebih luas dan hati yang lebih kaya.” Setiap orang punya jalan karier masing-masing. Ada yang tumbuh besar di tempat kelahirannya, membangun karya dari tanah sendiri. Ada pula yang, seperti saya, memutuskan menjajal peruntungan di luar negeri. Bukan karena tidak cinta tanah air, tapi karena ingin menantang diri dan melihat dunia dari perspektif yang lebih luas.

ARTIKEL

7/8/20255 min read

photo of white staircase
photo of white staircase

Pengalaman Pribadi & Karier: Bekerja di Luar Negeri – Tantangan dan Keuntungannya

Biro Aksi Unasman

“Pergi jauh bukan berarti melupakan, tetapi untuk kembali dengan pandangan yang lebih luas dan hati yang lebih kaya.”

Setiap orang punya jalan karier masing-masing. Ada yang tumbuh besar di tempat kelahirannya, membangun karya dari tanah sendiri. Ada pula yang, seperti saya, memutuskan menjajal peruntungan di luar negeri. Bukan karena tidak cinta tanah air, tapi karena ingin menantang diri dan melihat dunia dari perspektif yang lebih luas.

Saya ingin membagikan pengalaman pribadi selama bekerja di luar negeri—tentang apa yang saya rasakan, tantangan yang saya hadapi, hingga keuntungan-keuntungan yang tak ternilai. Tulisan ini bukan untuk mengajak semua orang pergi, tapi membuka wawasan bahwa ada banyak kemungkinan dalam dunia karier global.

Awal Cerita: Dari Polewali Mandar ke Negeri Orang

Saya lahir dan besar di Sulawesi Barat, lulus kuliah dari Universitas Al Asyariah Mandar (Unasman). Sejak masih kuliah, saya punya mimpi sederhana: ingin merasakan bagaimana rasanya tinggal dan bekerja di luar negeri, meskipun hanya sebentar. Mimpi itu muncul dari pertemuan dengan seorang dosen tamu asal Malaysia yang datang ke kampus kami. Cara bicaranya, perspektifnya, dan pengalamannya membuat saya terpukau.

Saya mulai aktif mencari informasi beasiswa, magang internasional, dan peluang kerja luar negeri. Setelah beberapa kali gagal, akhirnya saya diterima dalam program pertukaran profesional di bawah kerja sama ASEAN, dan ditempatkan di sebuah organisasi nirlaba di Kuala Lumpur, Malaysia.

Saya pergi dengan satu koper, paspor yang nyaris kosong, dan semangat yang penuh harap.

Tantangan Awal: Bukan Liburan, Ini Dunia Nyata

Bekerja di luar negeri bukan seperti traveling. Kita tidak datang untuk bersenang-senang, tapi harus menghadapi tuntutan profesional dengan standar yang seringkali lebih tinggi dari yang biasa kita hadapi.

1. Bahasa & Budaya Kerja yang Berbeda

Meskipun saya cukup fasih berbahasa Inggris, tetap saja ada masa transisi. Aksen, istilah profesional, dan cara penyampaian ide sangat berbeda. Saya harus belajar untuk tidak hanya berbicara, tapi juga memahami konteks sosial dan budaya di balik kata-kata.

Misalnya, orang Malaysia sangat menghargai waktu dan struktur dalam rapat. Tidak seperti di tempat kita yang kadang lebih fleksibel, di sana keterlambatan sekecil apa pun dianggap tidak profesional. Saya pernah dimarahi atasan karena datang dua menit terlambat ke pertemuan daring.

2. Kesepian dan Adaptasi Sosial

Tantangan terbesar yang tidak pernah saya duga adalah rasa sepi. Saya tidak mengenal siapa-siapa di kota itu. Makan malam sendirian, ulang tahun tanpa keluarga, bahkan saat sakit saya hanya bisa mengobati diri sendiri. Ada masa-masa saya menangis diam-diam karena rindu rumah dan merasa “asing”.

Tapi dari situ saya belajar arti penting dari self-reliance. Saya belajar memasak, mengurus dokumen, hingga memperkuat mental. Saya juga mulai membangun jaringan baru—ikut komunitas diaspora Indonesia, mengikuti kegiatan masjid setempat, dan berani mengobrol dengan rekan kerja dari berbagai negara.

3. Administrasi dan Legalitas

Satu hal yang kadang terlupakan adalah urusan dokumen kerja dan imigrasi. Mengurus visa kerja, perpanjangan izin tinggal, NPWP lokal, hingga asuransi kesehatan adalah hal-hal teknis yang bisa sangat melelahkan. Sekali salah isi dokumen, bisa membuat kita didenda atau bahkan dideportasi.

Saya sempat mengalami masalah saat visa kerja saya hampir kedaluwarsa karena kelalaian kantor dalam memperpanjangnya. Untung saya cepat tanggap dan berani bertanya langsung ke pihak Imigrasi. Dari pengalaman itu, saya jadi lebih teliti dan mandiri dalam urusan administrasi.

Keuntungan Bekerja di Luar Negeri: Bukan Sekadar Gaji

Meskipun penuh tantangan, bekerja di luar negeri juga membawa banyak keuntungan—baik secara profesional maupun personal. Berikut beberapa yang saya rasakan:

1. Pengalaman Profesional Internasional

Bekerja di organisasi yang terdiri dari orang berbagai negara membuat saya belajar banyak. Saya melihat langsung bagaimana proyek dikembangkan dengan standar global, bagaimana manajemen waktu dan profesionalisme dijaga ketat, serta bagaimana teknologi dimanfaatkan secara efisien.

Pengalaman ini sangat berharga dan menjadi nilai jual yang tinggi di CV saya. Saat saya pulang ke Indonesia dan melamar pekerjaan, banyak perusahaan tertarik karena pengalaman internasional saya dianggap membawa perspektif baru.

2. Kemandirian dan Mentalitas Tangguh

Hidup di negeri orang membuat saya tumbuh. Saya belajar menyelesaikan masalah sendiri, berpikir kritis, dan beradaptasi dalam situasi apa pun. Saya menjadi lebih berani menyampaikan pendapat, lebih disiplin, dan lebih menghargai waktu.

Saya juga belajar untuk tidak mengeluh pada hal-hal kecil. Di luar negeri, tidak ada yang akan mengurus kita kecuali kita sendiri. Dan dari situ, mental saya menjadi lebih kokoh.

3. Jaringan Global

Salah satu keuntungan besar adalah membangun koneksi internasional. Saya kini punya teman kerja dari Thailand, Vietnam, Jepang, bahkan Prancis. Kami saling tukar pengalaman, bahkan saling memberi informasi peluang kerja. Salah satu teman saya dari Korea Selatan pernah menghubungi saya untuk proyek kolaborasi penulisan modul pembelajaran jarak jauh.

Jaringan ini membuka kemungkinan yang tidak terbatas—baik untuk studi lanjut, riset, maupun pengembangan karier ke depan.

4. Penghargaan Baru Terhadap Tanah Air

Ironisnya, tinggal jauh dari Indonesia justru membuat saya lebih menghargai tanah air. Saya mulai merindukan suasana kampung, keramahan orang Indonesia, makanan rumahan, dan kebersamaan yang tidak saya temukan di negara lain.

Saya juga mulai melihat kekurangan kita sebagai peluang kontribusi. Misalnya, saya menyadari bahwa sistem pendidikan kita masih perlu banyak pembaruan digital, dan saya ingin kembali untuk membantu dalam bidang itu.

Kembali ke Indonesia: Misi yang Lebih Besar

Setelah dua tahun bekerja di Malaysia, saya memutuskan untuk pulang. Banyak yang bertanya, “Kenapa tidak lanjut saja di sana?” Saya menjawab: “Karena saya ingin pulang membawa sesuatu.”

Saya kembali dengan segudang pelajaran dan pengalaman. Saat ini, saya mengajar di sebuah kampus swasta dan terlibat dalam program kerja sama internasional. Saya juga menulis modul digital, menjadi konsultan pendidikan berbasis teknologi, dan sesekali menjadi mentor untuk mahasiswa yang ingin kerja atau studi ke luar negeri.

Saya ingin membuktikan bahwa bekerja di luar negeri bukan hanya untuk kabur dari Indonesia, tapi bisa menjadi investasi pengalaman yang dibawa pulang untuk membangun negeri.

Tips untuk Mahasiswa atau Alumni yang Ingin Bekerja di Luar Negeri

Berikut beberapa tips dari pengalaman saya sendiri:

1. Perkuat Bahasa Inggris (atau bahasa lain sesuai tujuan negara).
Bahasa adalah kunci utama. Jangan takut salah bicara, yang penting berani mulai.

2. Bangun portofolio dan relasi sedini mungkin.
Ikut organisasi, magang, kompetisi internasional, atau proyek lintas kampus.

3. Manfaatkan platform seperti LinkedIn, AIESEC, Erasmus+, dan situs lowongan global.
Ada banyak program kerja dan magang internasional yang terbuka untuk fresh graduate.

4. Belajar mandiri dan jangan takut gagal.
Proses aplikasi bisa rumit, tapi semakin sering dicoba, semakin terbuka jalannya.

5. Siapkan mental dan finansial.
Awal keberangkatan bisa berat. Siapkan tabungan dan mental yang tangguh.

Penutup: Tidak Semua Orang Harus Pergi, Tapi Setiap Orang Harus Tumbuh

Saya tidak sedang mengatakan bahwa semua orang harus bekerja di luar negeri. Tidak. Tapi saya ingin mengatakan bahwa kita harus terbuka pada berbagai kemungkinan untuk tumbuh. Jika kamu mendapat kesempatan ke luar negeri—ambil. Kalau belum, ciptakan peluangmu di tempatmu sekarang.

Yang penting adalah kemauan belajar, keberanian mencoba, dan semangat untuk kembali berkontribusi.

Dari Polewali Mandar ke Kuala Lumpur, saya belajar bahwa dunia itu luas, tapi kampung halaman selalu menjadi tempat terbaik untuk membawa perubahan nyata.

Tentang Penulis:
Alumni Unasman yang pernah bekerja di sektor pendidikan dan sosial di Malaysia. Kini kembali ke Indonesia sebagai dosen dan konsultan pendidikan berbasis teknologi. Aktif mendorong mahasiswa dan pemuda untuk berani mengambil peluang global.

Rubrik “Biro Aksi Unasman” menerima tulisan dari dosen, alumni, atau mahasiswa yang ingin membagikan pengalaman inspiratif di bidang karier, inovasi, dan pembelajaran. Kirimkan tulisanmu dan biarkan kisahmu jadi inspirasi berikutnya.